Minggu, 07 Juli 2013

PERAK

PERAK
4.000 tahun sebelum Masèhi s.d. 1500 Masèhi 
PARA sejarahwan dan ahli purbakala berpendapat bahwa Anatolia (sekarang Turki) adalah kawasan sumber utama tambang perak yang pertama kalinya dalam sejarah manusia. Dari di situlah para penambang mengirimkan pasokan perak di seluruh kawasan Asia Kecil. Perak dari kawasan Anatolia itu kemudian tersebar luas di seluruh kawasan kebudayaan Barat pada saat itu, yaitu di Timur Dekat, Kreta dan Yunani. 

Kerajinan perak berpusat di Asia Kecil dan pulau-pulau Yunani, yang didominasi oleh
kebudayaan Micene sebagai salah satu sub-kebudayaan Yunani yang termasyhur sekitar abad II sebelum Masèhi. Asia Kecil memasok sebagian besar pemasaran perak yang meluas di dunia kuno pada masa itu.
.. bukti-bukti fisik dari limbah penambangan pada zaman kuno memperlihatkan produksi perak mencapai satu juta troy ons (±311.000kg) per tahun di Laurium ..

Konsentrasi penambangan perak bermula sekitar 3000 tahun sebelum Masèhi. Jasa besar 
orang Khaldea sulit dilupakan dunia karena mereka adalah para pionir pakar pertama yang mampu mengolah biji-biji perak secara canggih. Mereka menggunakan proses yang disebut dengan “kupelasi” untuk memisahkan perak dari biji-bijinya yang masih bercampur dengan timah. Kebutuhan masyarakat akan timah membuat para penambang akhirnya menemukan lokasi cadangan tambang perak. Ditemukan pula kemudian hari kandungan perak di kawasan Armenia dan kemudian dilakukan penambangan besar-besaran di sana. Penambangan ini dilakukan terutama bersamaan dengan berkembangnya kebudayaan Minoa dan masa kemudian hari oleh masyarakat budaya Micenea. Kedua kebudayaan itu berkembang di pulau Kreta, Yunani. 
Setelah kehancuran meluluhlantakkan kebudayaan Minoa sekitar 1600 sebelum Masèhi dan kemunduran kebudayaan Micenea sekitar 1200 sebelum Masèhi, fokus produksi tambang perak berpindah ke lain tempat. Pertambangan Laurium (dekat Athena, terletak di bagian tenggara negeri Yunani) berkembang menjadi pusat produksi utama dan memasok perak untuk kebudayaan Yunani yang sedang berjaya saat itu. Selanjutnya, perdagangan perak di seluruh kawasan Asia Kecil dan Afrika Utara sangat meluas di kedua kawasan itu setelah abad VIII sebelum Masèhi. 
Pertambangan Laurium menjadi sangat produktif. Perkiraan yang bersumber dari catatan-catatan sejarah dan bukti-bukti fisik dari limbah penambangan pada zaman kuno memperlihatkan produksi perak mencapai satu juta troy ons per tahun di Laurium pada saat kegiatan produksi sedang mencapai puncaknya (tahun 600 s.d. 300 sebelum Masèhi). Memang selama sekitar 1000 tahunan yang berakhir pada abad I setelah Masèhi, pertambangan Laurium merupakan satu-satunya sumber terbesar dari produksi perak dunia. Di luar Laurium, produksi terkonsentrasi terutama di Asia Kecil(Turki dan sekitarnya), Sardinia (pulau di Italia), berbagai lokasi di Yunani dan dalam jumlah yang sedikit juga dilakukan di Asia. 
Periode setelah puncak kejayaan pertambangan perak Yunani di Laurium termasuk ekspoloitasi yang dilakukan oleh orang-orang Kartago terhadap perak di kawasan Spanyol. Setelah Perang Punik, orang-orang Romawi menggantikan orang-orang Kartago sebagai pengeruk tambang perak Spanyol dan memperluas pertambangan itu ke wilayah-wilayah lain di daratan benua Eropa. 
Pertambangan di Spanyol merupakan sumber perak yang penting selama hampir seribu tahun, meskipun kegiatan eksploitasi mereka itu kemudian dihentikan sementara oleh kemenangan orang-orang Muslim menduduki Spanyol pada abad 8 Masèhi. Tambang di Spanyol tidak hanya menjadi pemasok utama untuk kebutuhan perak di dalam negeri Kekaisaran Romawi sampai tahun 476 Masehi, tetapi juga merupakan pemasok penting bahan perak untuk diperjualbelikan di dalam perdagangan rempah-rempah dari Asia. Untuk memenuhi kebutuhan perdagangan yang membengkak, Yunani, Asia Kecil dan Italia kemudian ikut menambal keterbatasan produksi tambang perak dari Spanyol itu. 
Serangan orang-orang Muslim terhadap Spanyol memaksa penambangan perak itu harus dipandang dari spektrum lebih luas daripada hanya Spanyol saja. Spektrum pertambangan dan perdagangannya berkembang dalam konteks Eropa Tengah. Penemuan-penemuan tambang perak dalam ukuran-ukuran besar terjadi antara tahun 750 s.d. 1200 Masèhi, termasuk di antaranya adalah kawasan-kawasan berikut ini: Schemnitz Klasik, Rammelsburg, Goslar, Saxon di Jerman. Pada saat yang sama, penemuan perak juga dilakukan di kawasan antara Austria-Hungaria dan tempat-tempat lain di Eropa Timur. 
Berdasarkan analisis terhadap catatan literatur dan sejarah yang ada, tingkat produksi perak mulai tahun 300 sebelum Masehi s.d. 1200 Masehi tampaknya tidak lebih daripada perkiraan 1,5 juta troy ons per tahun jika dibandingkan dengan zaman tambang Laurium. Meskipun produksi tambang perak di Spanyol mendominasi masa 1.000 tahun setelah Masehi, keseimbangan terbentuk setelah merosotnya produksi di Laurium dan Asia Kecil. Perluasan produksi perak yang paling mencolok terjadi selama periode 500 tahun antara tahun 1000 s.d. 1500 Masehi, ketika jumlah lokasi-lokasi tambang bertambah dan dalam pengertian tertentu ketika perbaikan teknologi pertambangan dan teknologi memproses perak terjadi.

B. SUMBER-SUMBER
Perak muncul secara alami dan dalam bijih-bijih argentite (Ag2S), horn silver (AgCl), Polybasite (Ag16 Sb2 S11), Proustite (Ag2 As S3) dan Pyrargyrite (Ag3 Sb S3). Kebanyakan perak di dunia berasal dari cebakan hydrothermal yang mengisi rongga-rongga. Bijih-bijih timah, timbal-timah, tembaga, emas dan perunggu-nikel merupakan sumber-sumber penting untuk menambang perak. Di dunia belahan barat Meksiko, Kanada, Peru dan Amerika Serikat merupakan negara-negara penghasil perak.
B. SIFAT-SIFAT
Perak murni memiliki warna putih yang terang. Unsur ini sedikit lebih keras dibanding emas dan sangat lunak dan mudah dibentuk, terkalahkan hanya oleh emas dan mungkin palladium. Perak murni memiliki konduktivitas kalor dan listrik yang sangat tinggi diantara semua logam dan memiliki resistansi kontak yang sangat kecil. Elemen ini sangat stabil di udara murni dan air, tetapi langsung ternoda ketika diekspos pada ozon, hidrogen sulfida atau udara yang mengandung belerang.
C. KEGUNAAN
Perak sterling digunakan untuk perhiasan, perabotan perak, dsb. dimana penampakan sangat penting. Campuran logam ini biasanya mengandung 92.5% perak, dengan sisanya tembaga atau logam lainnya. Perak juga merupakan unsur penting dalam fotografi, dimana sekitar 30% konsumsi industri perak digunakan untuk bidang ini. Perak juga digunakan sebagai campuran logam pengganti gigi, solder, kotak listrik, dan baterai perak-timah dan perak-cadmium. Cat perak digunakan untuk membuat sirkuit cetak. Perak juga digunakan untuk produksi kaca dan dapat didepositkan sebagai lapisan pada gelas atau logam lainnya dengan metoda chemical deposition, electrode position atau dengan cara penguapan. Ketika perak baru saja didepositkan, lapisan ini merupakan reflektor cahaya paling baik. Tapi lapisan ini juga cepat rusak dan ternoda dan kehilangan reflektivitasnya. Walau lapisan perak bagus untuk cahaya, ia sangat buruk untuk memantulkan sinar ultraviolet. Silver fulminate, bahan peledak yang kuat, kadang-kadang terbentuk saat pembentukan perak. Silver iodide digunakan untuk membuat hujan buatan. Silver chloride memiliki sifat-sifat optikal yang unik karena bisa dibuat transparan. Silver nitrate, atau lunar caustic, yang merupakan senyawa perak yang penting banyak digunakan di bidang fotografi. Selama beratus-ratus tahun, perak telah digunakan sebagai bentuk pembayaran dalam bentuk koin oleh banyak negara. Belakangan ini sayangnya, konsumsi perak telah jauh melebihi produksi.
D. TAMBANG PERAK BAWAH TANAH GREENS CREEK
Kondisi Geografis
Lokasi tambang ini dapat dicapai dari kota Juneau, ibukota Alaska, yang terletak di sisi tenggara dari wilayah negara bagian Alaska. Dari Juneau menyeberang ke pulau Admiralty dengan menggunakan kapal motor (boat) yang memang khusus disewa oleh pihak tambang Greens Creek untuk pengangkutan karyawan Juneau – pulau Admiralty p.p.
Dengan kata lain, tidak terdapat sarana transportasi komersial yang melayani rute ini secara reguler ke dan dari pulau Admiralty yang memang bukan kawasan hunian. Selain dengan kapal motor, pulau Admiralty juga dapat dicapai dengan menggunakan pesawat terbang kecil yang dikelola oleh perusahaan penerbangan lokal.
Kota Juneau sebagai ibukota Alaska yang berpopulasi sekitar 31.000 jiwa, dapat dikatakan merupakan kota yang terpencil dilihat dari tidak adanya sarana transportasi darat yang menjangkau kota ini, meskipun terletak menjadi satu dengan daratan Amerika Utara.
Bagian utara dan timur laut wilayah Juneau ini berupa pegunungan yang puncak-puncaknya nyaris selalu tertutup salju dan glacier. Sedangkan di sisi selatan dan barat laut berbatasan dengan teluk Alaska dimana banyak terdapat pulau-pulau kecil yang umumnya tidak berpenghuni. Oleh karena itu transportasi udara menjadi sarana utama ke dan dari kota ini, sementara transportasi laut umumnya digunakan untuk sarana pengangkutan barang karena akan memerlukan waktu berhari-hari. Meskipun ada juga feri untuk penyeberangan jarak dekat.
Kesampaian Daerah
Tambang Greens Creek, pulau Admiralty dan kota Juneau pada umumnya, termasuk daerah beriklim dingin. Terletak pada kira-kira 58o Lintang Utara dan 135o Bujur Barat. Suhu udara rata-rata dalam setahun, terendah 18oF (sekitar -8oC) terjadi pada bulan Januari dan tertinggi 64o (sekitar 18oC) terjadi pada bulan Juli. Curah hujan rata-rata per hari berkisar antara 2,8 – 7,7 inch (sekitar 71-196 mm).
Setelah sebelumnya berkorespondensi dengan General Manager tambang Greens Creek, Mr. Keith Marshall, maka untuk mengunjungi tambang ini saya sengaja terbang dari Seattle menuju Juneau dengan menggunakan penerbangan yang sama dengan beliau pada tanggal 24 April 2001 yll. Selanjutnya keesokan harinya berangkat menuju ke lokasi tambang Greens Creek.
Setiap hari kapal motor yang cukup mewah meninggalkan dermaga Juneau jam 05:00 pagi dengan mengangkut karyawan Greens Creek yang tinggal di Juneau. Perjalanan dengan kapal motor ditempuh selama 30 menit. Setiba di dermaga pulau Admiralty, selanjutnya disambung dengan kendaraan bis sejauh kira-kira 15 mil (sekitar 24 km) menuju ke lokasi tambang yang terletak di kawasan perbukitan berhutan pinus yang puncak-puncaknya nyaris selalu tertutupi oleh salju. Perjalanan darat menuju ke lokasi tambang ini ditempuh selama 45 menit, sehingga pada jam 06:30 pagi biasanya para karyawan sudah tiba di tempat kerja masing-masing.
Hal yang sama terjadi pada sore hari. Sekitar jam 17:00 karyawan meninggalkan lokasi tambang dan selanjutnya menggunakan sarana yang sama dan akan kembali tiba di Juneau sekitar jam 18:30 sore. Sarana angkutan yang sama berlaku bagi semua karyawan, dari miner hingga General Manager. Bagi karyawan yang tidak tinggal di Juneau, juga tersedia perumahan lajang, di camp site yang berada di lokasi yang berdekatan dengan pelabuhan pengapalan konsentrat di pulau Admiralty.
Kondisi kesampaian daerah menuju ke lokasi tambang yang demikian ini mengingatkan saya pada lokasi tambang emas PT Lusang Mining di Bengkulu yang sekarang sudah tidak berproduksi. Demikian juga lokasi tambang PT Freeport Indonesia di Irianjaya (Papua) untuk skala infrastruktur yang lebih besar.
Potensi Cadangan Dan Produksi
Endapan cadangan bijih tambang Greens Creek berbentuk sangat tidak beraturan dan menyebar pada kedalaman antara 90 m di bawah permukaan laut hingga ketinggian 500 m di atas permukaan laut pada areal seluas kira-kira 121 ha. Endapan cadangannya tersebar dan dapat dipisah-pisahkan dalam sembilan zona bijih.
Adanya bentuk endapan yang tidak beraturan dengan batuan utamanya argillite dan phyllite, membuat tambang ini menerapkan selective mining guna mengurangi pengotoran (dilution) batuan bijih (ore) terhadap batuan sekitarnya atau batuan sampah (waste).
Total cadangan terukur saat ini sekitar 10 juta ton. Tingkat produksi rata-rata untuk tahun 1999 (meskipun saya mencatat data terakhir, namun saya akan menyajikan data yang telah resmi dipublikasikan untuk tahun 1999) sekitar 1.600 tpd (ton per day) dengan kadar rata-rata 746,48 g/t-Ag, 6,22 g/t-Au, 14 %-Zn, dan 6 %-Pb. Perhitungan cut-off grade tidak dinyatakan dalam kandungan mineral (% atau g/t, misalnya), melainkan dikonversi dalam nilai dollar ($) yang disebut dengan Net Smelter Revenue (NSR).
Jika melihat tingkat produksinya, maka dapat dikatakan bahwa tambang Greens Creek merupakan tambang bawah tanah berskala kecil. Saat ini tambang Greens Creek sedang berusaha meningkatkan produksi per harinya menjadi sekitar 1,800 hingga 2,000 tpd. Dengan demikian dapat diperkirakan tambang ini akan habis ditambang dalam 15 tahun. Kegiatan pemboran eksplorasi saat ini masih terus berlanjut dan sangat diyakini bahwa cadangan yang ada saat ini masih akan bertambah.
Potensi cadangan bijih Greens Creek pertama kali ditemukan pada tahun 1975, tetapi kegiatan pemboran eksplorasinya baru dimulai pada tahun 1978. Tahap pekerjaan persiapan penambangan (development) awalnya mulai tahun 1987 hingga mencapai produksi penuh pada tahun 1989. Pada tahun 1973 tambang ini tutup sebagai akibat dari jatuhnya harga logam. Namun pada tahun 1996 tambang Greens Creek beroperasi kembali seiring dengan selesainya pekerjaan persiapan penambangan (development).
peralatan dan perlengkapan penambangan
Secara umum, pekerjaan ekskavasi batuan yang dilakukan di tambang Greens Creek ini adalah pembuatan lorong atau lubang bukaan mendatar (main level, sublevel, drift, stope access, panel). Pola pemboran yang diterapkan untuk setiap lubang bukaan adalah sama, yaitu pola parallel cut dengan 45 lubang isian dan 4 lubang kosong berada di bagian tengah.
Bahan peledak yang digunakan adalah emulsion yang dirangkai dengan menggunakan detonator non-elektrik untuk pengaturan waktu tunda (delay) peledakan. Pengisian bahan peledaknya dengan powder factor 2,25 lbs/ton (0,84 kg/ton). Untuk pengisian bahan peledak ke dalam lubang-lubang tembak (charging) menggunakan truck Getman yang dimodifikasi sehingga mampu membawa emulsion sekaligus untuk pengisiannya, kotak detonator dan perlengkapan peledakan lainnya.
Di dalam tambang terdapat sebuah gudang bantu penyimpanan bahan peledak yang berupa sebuah lubang bukaan mendatar tanpa pagar dan pintu serta tanpa petugas penjaga. Di lokasi ini terdapat dua buah tangki penyimpanan emulsion, dua buah kontainer masing-masing untuk menyimpan detonator dan detonating cord, dan sumbu ledak (safety fuse).
Jenis alat muat yang digunakan adalah LHD (load-haul-dump), yaitu 2 buah Wagner 3,5 cuyd dan 2 buah Wagner 6,0 cuyd (Atlas Copco), serta 3 buah Toro 6,0 cuyd (Tamrock). Jenis alat angkut yang digunakan yaitu 6 buah truck 40 ton untuk pengangkutan batuan bijih (ore) dan sampah (waste) dan 9 buah truck 20 ton untuk pengangkutan batuan sampah dan material isian, masing-masing truck tersebut buatan Atlas Copco dan Tamrock.
Alat pemaku-batuan (rockbolting) yang digunakan adalah bolter (Tamrock) dengan split-set sebagai paku-batuannya, sedangkan alat pemborannya adalah single boom jumbo (Tamrock). Untuk pemadatan material isian digunakan LHD Wagner 3,5 cuyd yang dimodifikasi dengan mengganti bucket-nya dengan jammer.

Dengan menggunakan truck 40 ton, bijih hasil penambangan diangkut ke pabrik pengolahan (mill) yang berada di luar tambang. Hasil konsentrat dari pabrik pengolahan selanjutnya dikapalkan ke berbagai pabrik peleburan (smelter) di seluruh dunia dalam bentuk konsentrat kering.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar