SIFAT DAN REAKSI MONOSAKARIDA DAN DISAKARIDA
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan : Mengidentifikasi jenis sakarida sesuai dengan jenis
reaksinya.
2. Hari, tanggal : Sabtu, 2 Mei 2009.
3. Tempat : Laboratorium Kimia FKIP Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan : Mengidentifikasi jenis sakarida sesuai dengan jenis
reaksinya.
2. Hari, tanggal : Sabtu, 2 Mei 2009.
3. Tempat : Laboratorium Kimia FKIP Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Monosakarida merupakan sakarida
sederhana yang tidak dapat dihidrolisis menjadi unit lebih kecil walaupun dalam
suasana yang lunak sekalipun. Monosakarida yang paling sederhana adalah
gliseraldehida, suatu aldosa atau isomernya ialah dihidroksiaseton, suatu
ketosa. Kedua senyawa tersebut merupakan suatu triosa karena mengandung tiga
atom C. Jadi suatu monosakarida tidak hanya dapat dibedakan berdasarkan gugus
fungsionalnya, tetapi juga dengan jumlah atom karbonnya (Purwo, 1993 : 32-42).
Molekul gliseraldehida memiliki 1
karbon asimetrik. Konfigurasi karbohidrat ditentukan sesuai dengan kedudukan
atom C kedua dari ujung. Jadi, semua karbohidrat yang diturunkan dari bentuk
D-gliseraldehida dengan penambahan rantai karbon, dinamakan D-sakarida.
Sedangkan disakarida terdiri atas dua lingkar monosakarida. Ikatan yang
menghubungkan monosakarida tersebut , disebut ikatan glikosida dan terbentuk
dengan kondensasi gugus hidroksil atom karbon nomor 1 dari suatu monosakarida
dengan gugus hidroksil dari salah satu nomor 2, 4, 6 atau karbon monosakarida
lain. Bentuk dari disakarida yang umum, maltose terdiri atas 2 monosakarida
glukosa dengan struktur
Dalam maltosa, jembatan oksigen
terbentuk antara atom karbon nomor 1 dari satu unit D-glukosa dan atom karbon
nomor 4 dari yang lainnya. Ikatan yang terbentuk disebut ikatan 1,4-glikosidik
fruktosa dan glukosa yang dapat membentuk suatu disakarida sukrosa. Sedangkan
laktosa yang terdapat dalam susu terbentuk dari β-D-galaktosa dan β-D-glukosa.
Monosakarida dan beberapa
disakarida mempunyai sifat dapat mereduksi, terutama dalam suasana basa. Sifat
sebagai reduktor ini dapat digunakan untuk keperluan identifikasi karbohidrat
maupun analisis kuantitatif. Sifat mereduksi ini dapat disebabkan oleh adanya
gugus aldehida atau keton bebas dalam molekul karbohidrat. Pereaksi Mollish
terdiri atas larutan α dan naftol dalam alcohol. Apabila pereaksi ini
ditambahkan pada larutan glukosa misalnya, kemudian secara hati-hati
ditambahkan asam sulfat pekat, akan terbentuk dua lapisan zat cair. Pada batas
antara kedua lapisan itu akan terjadi warna ungu karena reaksi ini tidak
spesifik untuk karbohidrat, namun dapat digunakan sebagai reaksi pendahuluan
dalam analisis kuantitatif karbohidrat. Hasil negatif merupakan suatu bukti
bahwa tidak ada karbohidrat (Poedjiadi, 1994: 39-40).
Suatu disakarida adalah suatu
karbohidrat yang tersusun dari dua satuan monosakarida yang dipersatukan oleh
suatu hubungan glikosida dari karbon 1 dari satu satuan ke suatu OH satuan
lain. Suatu cara ikatan yang lazim ialah suatu hubungan glikosida α atau β dari
satuan pertama ke gugus 4-hidroksil dari satuan kedua. Dalam larutan air,
ikatan glikosida ini tetap tak berubah. Ikatan ini tiada berada dalam
kesetimbangan dengan anomernya. Tetapi satuan kanan dalam tiap struktur
mengandung suatu gugus hemiasetal. Dalam larutan air, gugus khusus ini berada
dalam kesetimbangan dengan bentuk aldehida rantai terbuka dan dengan anomer
yang lain. Contohnya, sukrosa adalah suatu disakarida yang dapat dihidrolisis
menjadi satu satuan glukosa dan satu satuan fruktosa yang disatukan oleh suatu
ikatan glikosida (Fessenden, 1986: 318 dan 348).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat-alat:
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Pipet tetes
- Gelas kimia
- Pemanas air
- Gelas ukur
- Sropwatch
- Buret
- Tiang statip
- Klem
2. Bahan-bahan:
- Larutan glukosa 5%
- Larutan fruktosa 5%
- Larutan arabinosa 5%
- Reagen Mollish
- H2SO4 pekat
- Reagen Selliwanoff
- Reagen Benedict
- Larutan Sukrosa
- Larutan Laktosa
- Larutan Maltosa
D. CARA KERJA
1. Monosakarida
a. Reaksi Mollish
- Dimasukkan 2 mL larutan glukosa 5% ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 3 tetes reagen Mollish.
- Dikocok hingga merata dan diamati.
- Ditambahkan 1 mL H2SO4 pekat secara perlahan-lahan melalui dinding tabung reaksi.
- Diamati perubahan yang terjadi dan dicatat.
b. Reaksi Selliwanoff
- Disediakan 3 tabung reaksi.
- Pada tabung I diisi 0,5 mL glukosa 5%, tabung II diisi 0,5 mL fruktosa 5%, dan tabung III diisi 0,5 mL arabinosa 5%.
- Ditambahkan 2 mL reagen Selliwanof ke dalam tiap tabung reaksi.
- Dipanaskan selama ± 2 menit kemudian diamati dan dicatat.
2. Disakarida
a. Tes Benedict
- Disediakan 3 tabung reaksi.
- Pada tabung I diisi 8 tetes maltosa, tabung II diisi 8 tetes laktosa, dan tabung III diisi 8 tetes sukrosa.
- Ke dalam masing-masing tabung ditambahkan 2 mL Benedict.
- Dipanaskan ± 5 menit kemudian diamati dan dicatat.
E. HASIL PENGAMATAN
(Terlampir).
F. ANALISIS DATA
1. Monosakarida
a. Reaksi Mollish
Glukosa + reagen mollish senyawa kompleks (ungu)
b. Reaksi Selliwanoff
Glukosa senyawa kompleks
Fruktosa senyawa kompleks
Arabinosa senyawa kompleks
2. Disakarida
a. Test Benedict
Maltosa + CuO warna orange tua
reagen benedict
Laktosa + CuO warna orange tua
reagen benedict
Sukrosa + CuO warna orange muda
reagen benedict
G. PEMBAHASAN
Monosakarida dan disakarida memiliki beberapa sifat kimia spesifik yang berhubungan erat dengan gugus fungsi pada molekulnya, yaitu –OH, aldehida, dan keton. Baik monosakarida maupun disakarida sama-sama memiliki sifat mereduksi terutama dalam suasana basa, sebab memiliki gugus aldehida atau keton bebas. Adanya sifat mereduksi ini, dapat digunakan untuk identifikasi karbohidrat dan analisis kuantitatif.
Untuk identifikasi karbohidrat
seperti yang dilakukan pada percobaan kali ini, digunakan beberapa pereaksi diantaranya
reagen Mollish, Selliwanoff, dan Benedict. Penggunaan reagen Mollish bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya karbohidrat dalam suatu bahan, dimana jika suatu
bahan yang mengandung karbohidrat ditambahkan reagen Mollish dan asam sulfat
pekat maka akan terbentuk larutan berwarna ungu. Pada percobaan, glukosa yang
ditambahkan reagen Mollish dan asam sulfat pekat ternyata membentuk larutan
berwarna ungu. Timbulnya warna ungu ini disebabkan oleh reaksi kondensasi
antara hidroksimetil furfural, yang merupakan hasil reaksi glukosa dengan asam
sulfat pekat, dengan α-naftol, yang merupakan kandungan dari reagen Mollish.
Reaksi ini bersifat tidak cukup spesifik, namun dapat digunakan untukmengetahui
keberadaan karbohidrat.
Selanjutnya digunakan reagen Selliwanoff
untuk membedakan antara glukosa, fruktosa, dan arabinosa. Ketika tiga jenis
larutan tersebut ditambahkan reagen Selliwanoff, tidak terjadi perubahan warna
sehingga warnanya tetap bening. Setelah dipanaskan, maka untuk glukosa dan
arabinosa warnanya tetap bening sedangkan untuk fruktosa warnanya berubah
menjadi merah muda. Hal ini terjadi karena reagen Selliwanoff, yang merupakan
larutan resorsinol (1,3-dihidroksibenzena) dalam asam HCl, mampu mengubah
fruktosa menjadi hidroksimetilfurfural yang kemudian akan bereaksi dengan
resorsinol membentuk senyawa berwarna merah. Adanya sifat yang khas dari
Selliwanoff untuk menunjukkan keberadaan gugus keton, menyebabkan reagen ini
bereaksi positif hanya terhadap fruktosa bukan dengan yang lainnya (glukosa dan
arabinosa).
H. SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Berdasarkan tujuan, hasil pengamatan, dan uraian pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
- Reagen Mollish digunakan untuk
mengidentifikasi karbohidrat secara kualitatif.
- Reagen Selliwanoff digunakan
untuk mengidentifikasi gugus keton pada fruktosa.
- Reagen Benedict digunakan untuk mengetahui adanya sifat mereduksi pada disakarida.
- Maltosa dan laktosa merupakan gula pereduksi, sedangkan sukrosa tidak sebab tidak mampu mereduksi Cu2+ menjadi Cu+.
- Adanya gugus aldehida dan keton bebas yang dimiliki oleh monosakarida dan disakarida, kecuali sukrosa, menyebabkannya memiliki sifat mereduksi.
- Adanya kesalahan disebabkan oleh kekurangtelitian dalam melakukan percobaan.
2. Saran
-
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden dan Fessenden. Kimia Organik jilid 2.Jakarta : Erlangga.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia.Jakarta : UI Press.
Purwo, Arbianto. 1993. Biokimia Konsep-konsep Dasar.Bandung : Kimia Farma-ITB.
- Reagen Benedict digunakan untuk mengetahui adanya sifat mereduksi pada disakarida.
- Maltosa dan laktosa merupakan gula pereduksi, sedangkan sukrosa tidak sebab tidak mampu mereduksi Cu2+ menjadi Cu+.
- Adanya gugus aldehida dan keton bebas yang dimiliki oleh monosakarida dan disakarida, kecuali sukrosa, menyebabkannya memiliki sifat mereduksi.
- Adanya kesalahan disebabkan oleh kekurangtelitian dalam melakukan percobaan.
2. Saran
-
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden dan Fessenden. Kimia Organik jilid 2.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia.
Purwo, Arbianto. 1993. Biokimia Konsep-konsep Dasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar